“Even birds cannot fly this high…” begitulah sajak pujangga Inggris yang pernah singgah di tempat ini, menggambarkan tinggi dan terasingnya tanah tempat ia berpijak saat itu.
Tiga hari menjelang puncak, di alam tanpa pepohonan, hanya semak kering berduri, glacier, badai salju, dan sesekali terlihat hilir mudik ‘yak’ sejenis domba gunung, dengan kelir gagahnya gunung-gunung es Himalayan range.
Dan dalam peradaban yang amat ekstrem ini, dari balik semak kering berduri, tiga anak kecil berlarian kecil, tertawa…dengan rona kemerahan di pipi mereka, tanda paparan ultraviolet matahari di ketinggian yang miskin oksigen ini. Mereka akan pergi ke sekolah…
“Namaste…” sapa mereka kepada kami, sembari mengatupkan kedua telapak tangan di dada. Ah sayang sekali, saya lupa siapa nama mereka. Sherpa yang menemani saya bertanya kepada salah satu dari mereka, “dimana sekolahnya? berapa lama untuk pergi ke sana?” Serempak mereka menjawab “Mandala…”.
Mandala? Saya agak ragu dengan jawaban mereka, tapi sekali lagi mereka katakan “Mandala..”. Ya, Mandala adalah sebuah desa kecil di tepian jalur trekking menuju glacier di Langtang range. Dari tempat percakapan kami, jauhnya sekitar 3.5 sampai 4 jam berjalan kaki menuruni lereng terjal dan jembatan-jembatan kawat gantung untuk menyeberangi sungai glacier.
Sungguh menakjubkan. Dengan menggendong tas kecil berlogo mirip bendera Jerman yang berisi buku tulis lusuh bertuliskan lembaga donasi asal Jepang, setiap hari mereka berjalan kaki turun gunung untuk bersekolah di satu-satunya SD di lereng Langtang Range, Himalaya. Menurut Kumar, nama Sherpa yang menemani saya, sekolah itu adalah donasi seorang mahasiswi kaya dari Jepang, yang amat tersentuh hatinya melihat semangat anak-anak kecil seperti mereka untuk belajar.
Secara intuisi, saya keluarkan sebagian bekal coklat dan biskuit untuk mereka sebagai hadiah perpisahan. Lagipula, masih ada beberapa stock army biscuits dan buah-buahan kering sampai ke base camp berikutnya. Dan begitulah pagi itu berlalu. Teringat bagaimana malasnya dulu saya berjalan ke SD Inpres yang hanya berjarak sekitar 1km, amat tidak sebanding dengan perjuangan anak-anak kecil tadi.
So, if you take education for granted, it’s time to think again!